Manajemen

TEORI HECKSCHER-OHLIN (TEORI H-O)

TEORI HECKSCHER-OHLIN (TEORI H-O) REFERENSI DARI BERBAGAI SUMBER

TEORI PROPOSIONAL FAKTOR DARI HECKSCHER-OHLIN (TEORI H-O)

Teori modern Perdagangan Internasional adalah teori yang dikemukakan pertama kali  oleh Bertil Ohlin dalam bukunya interregional and International Trade (1933).  Sebagian dari teori Bertil  Ohlin didasarkan atas tulisan gurunya, yaitu Eli Heckscher, sehingga teori ini lebih dikenal dengan teori Heckscher-Ohlin atau disingkat dengan  Teori H-O.

Menurut teori H-O, Perdagangan internasional terjadi disebabkan perbedaan opportunity cost suatu produk antara satu negara dengan negara lain, pertukaran dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam jumlah proporsi faktor produksi yang dimiliki (factor endowment) masing-masing negara.  Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak/murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya.  Sebaliknya,  negara  akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka/mahal. Misalnya negara Indonesia memiliki tenaga kerja (TK) yang relatif besar, maka Indonesia akan berspesialisasi pada produksi barang-barang yang relatif padat tenaga kerja (labor intensive) dan mengekspornya.   Jepang memiliki relatif banyak kapital (K), maka negara Jepang akan berspesialisasi menghasilkan barang yang padat kapital (capital intensive) dan kemudian mengekspornya ke negara lain.

Dalam analisisnya, teori H-O menggunakan dua kurva.  Pertama adalah kurva isocost,  yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama, dan kedua adalah kurvaisoquant, yaitu kurva yang menggambarkan total produksi yang sama.   Seperti telah dipelajari dalam Teori Ekonomi Mikro, Khususnya teori produksi dan biaya, keseimbangan akan terjadi apabila  kurva isocost bersinggungan dengan kurva isoquant.  Jadi pada titik persinggungan tersebut akan terjadi produksi yang optimal dengan biaya tertentu. Contoh kurva isocost  dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Dari gambar diatas,   kemiringan isocost ( Ii, Ii� dan Ii�� untuk Inonesia dan Ij, Ij� dan Ij�� untuk negara Jepang) pada kedua gambar terlihat bahwa Indonesia memiliki relatif banyak TK (tenaga kerja ) dan memiliki relatif sedikit K (kapital).  Sebaliknya Jepang memilki relatif banyak K dan relatif sedikit TK.   Pergeseran kurva isocost paralel mencerminkan perbandingan harga faktor produksi adalah tetap.

Uraian teori faktor proporsi belum lengkap apabila belum mengetahui bagaimana suatu barang dihasilkan.  Untuk mengetahui hal ini dapat dijelaskan dengan kurva isoquant.  PetaIsoquant masing-masing negara dapat dijelaskan sebagai berikut:

Isoquant Indonesia terletak dekat sumbu vertikal (TK) menunjukkan bahwa barang yang dihasilkan Indonesia bersifat padat tenaga kerja (labor intensive) sedangkan bagi Jepang lebih mendekati sumbu horizontal menunjukkan barang yang dihasilkan  bersifat padat modal (capital intensive).

Sesuai dengan konsep  titik singgung antara isocost dan isoquant ini, masing-masing negara tentu cenderung memproduksi barang tertentu dengan kombinasi  faktor produksi yang paling optimal sesuai struktur  atau proporsi faktor produksi yang dimiliki.

Selanjutnya teori H-O menggunakan asumsi 2 x 2 x 2 sebagai barikut:

  1. Perdagangan  internasional  terjadi  antara  dua negara (misal-nya Indonesia dan Jepang)
  2. Masing-masing negara memproduksi dua macam barang (pa-kaian dan radio)
  3. Masing-masing  negara menggunakan dua macam faktor pro-duksi, yaitu tenaga kerja dan kapital

Untuk memudahkan analisis manfaat perdagangan internasional (gain from trade) berdasarkan teori H-O disusun Tabel 3  berikut:

Tabel 3

Teori Proporsi Faktor dengan data hipotetis

2   Negara Indonesia Jepang
2   barang Pakaian Radio Pakaian Radio
2   F. produksi TK K TK K
Proses Produksi Labor intensive Capital intensive Labor intensive Capital intensive
Proporsi F. produksi 60 unit

(banyak)

15 unit

(sedikit)

30 unit

(sedikit)

60 unit

(banyak)

Isoquant 100 unit 20 unit 100 unit 20 unit
Isocost $ 400 $ 600 $ 600 $ 400
Unit cost $ 4

(murah)

$ 30

(mahal)

$ 6

(mahal)

$ 20

(murah)

Berdasarkan tabel diatas dan konsep titik singgung antara isocost dan isoquant  sebagai suatu titik optimal untuk memproduksi sejumlah barang dapat digambarkan dengan grafik dibawah ini.

Dari gambar diatas dapat dekemukakan hal-hal sbb:

  1. Isoquant 100 unit pakaian dilakukan dengan padat TK
  2. Di Indonesia,

Isoquant untuk 100 unit pakaian akan menyinggung isocost  $400 pada titik A dengan kombinasi 34 TK dan 3 K.  Dengan demikian untuk memproduksi 100 unit pakaian yang padat karya di Indonesia akan  lebih murah, ini disebabkan jumlah/propporsi faktor produksi yang dimiliki oleh Indonesia relatif banyak dan murah , sehingga unit costnya hanya $4.

  1. Di Jepang,

100 unit pakaian akan menyinggung isocost $600 pada titik B dengan kombinasi 20 unit TK dan 7 unit K.  Dengan demikian untuk memproduksi 100 unit pakaian yang padat karya di jepang relatif mahal karena faktor produksi TK relatif sedikit dan mahal, sehingga unit cost adalah $6.

  1. Isoquant 20 unit radio dilakukakan padat modal
  2. Di Indonesia,

Isoquant untuk 20 unit radio akan menyinggung isocost  $600 pada titik C dengan kombinasi 20 TK dan 10 K.  Dengan demikian untuk memproduksi 20 unit radio yang padat modal di Indonesia akan  lebih mahal, ini disebabkan jumlah/propporsi faktor produksi relatif sedikit dan mahal sehingga unit costnya adalah $ $30

  1. Di Jepang,

20 unit radio akan menyinggung isocost $400 pada titik D dengan kombinasi 10 unit TK dan 18 unit K.  Dengan demikian untuk memproduksi 20 unit radio yang padat karya di jepang relatif murah, sehingga unit cost adalah $20

Kesimpulan dari teori H-O adalah sebagai berikut:

  1. Harga/biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang dimiliki oleh masing-masing negara
  2. Comparative  advantage atau  keunggulan  komparatif dari suatu jenis produk yang dimiliki oleh masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimiliki.
  3. Masing-masing negara akan  cenderung  berspesialisasi  pro-duksi dan mengekspor barang tertentu karena negara itu memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.
  4. Sebaliknya,  masing-masing  negara akan mengimpor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal memproduksinya.

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4216/4.htm

EKONOMI INTERNASIONAL : TEORI HECKSCER-OHLIN

TEORI HECKSCER-OHLIN

 

Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Sebelum masuk ke dalam pembahasan teori H-O, tulisan ini sedikit akan mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong munculnya teori H-O. Teori Klasik Comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antarnegara (Salvatore, 2006).

Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai .The Proportional Factor Theory.. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.

Teori Heckscer-Ohlin memprediksi bahwa negara-negara yang akan mengekspor barang secara intensif menggunakan faktor berlimpah secara lokal, sambil mengimport barang secara intensif menggunakan faktor-faktor lokal yang langka. Jadi, teori Heckscer-Ohlin mencoba menjelaskan pola dari perdagangan internasional yang kita teliti pada ekonomi dunia.

Teori Heckscer-Ohlin mempunyai pertimbangan akal sehat. Contohnya, Amerika serikat telah lama menjadi eksportir besar dari produk-produk pertanian, mencerminkan negara tersebut mempunyai pertanian yang melimpah karena tanahnya baik untuk ditanami. Sebaliknya, China unggul pada ekspor barang-barang produksi dalam tenaga kerja intensif industri manufaktur. Ini mencerminkan China mempunyai tenaga kerja dengan biaya rendah berlimpah. Di Amerika serikat, yang kekurangan tenaga kerja dengan biaya rendah, telah memilih untuk mengimpor buruh. Secara relatif, tidak mutlak, sumbangan adalah penting; sebuah negara bisa mempunyai jumlah lahan dan tenaga kerja lebih besar dari negara lain, tetapi menjadi relatif melimpah satu dari mereka.

Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara laindisebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi.

Basis dari keunggulan komparatif adalah:

  1. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara.
  2. Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi, apakah labor intensity atau capital intensity.

Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama. Dan kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu.

Analisis hipotesis H-O dikatakan berikut:

  1. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
  2. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilikinya.
  3. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.
  4. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya.
  1. Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.

Hipotesis Teori H-O

Sebelum melakukan kritik terhadap teori H-O, di bawah ini akan dikemukakan hipotesis yang telah dihasilkan oleh Teori H-O, antara lain:

  • Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor di tiap negara turun.
  • Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
  • Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua Negara cenderung sama demikian pula harga barang B di kedua negara cenderumg sama.
  • Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya Kapital dengan Negara yang kaya Labor.
  • Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk melakukan produksi. Sehingga Negara yang kaya kapital maka ekspornya padat kapital dan impornya padat karya, sedangkan negara kaya labor ekspornya padat karya dan impornya padat kapital.

Kelemahan Asumsi Teori H-O

Untuk lebih memahami kelemahan teori H-O dalam menjelaskan perdagangan internasional akan dikemukan beberapa asumsi yang kurang valid:

  1. Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam memproduksi adalah tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering menggunakan teknologi yang berbeda.
  2. Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih menjadi masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah produk negara industri yang bertumpu pada diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan model faktor endowment H-O.
  3. Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas factor secara internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang menghasilkan kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara. Maknanya adalah hal ini merupakan modifikasi H-O tetapi tidak mengurangi validitas model H-O.
  4. Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika melakukan perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak Negara yang masih memproduksi komoditi yang sebagian besar adalah dari impor.

http://fallinginlol.wordpress.com/2014/04/06/ekonomi-internasional-teori-heckscer-ohlin/

Teori Heckscher-Ohlin

Salah satu landasan teori yang paling berpengaruh dalam ilmu ekonomi internasional adalah gagasan yang menyatakan bahwa sumber utama perdagangan unternasional adalah adanya perbedaan karunia sumber-sumber daya antar negara. Teori ini dikembangkan oleh Eli Heckscker dan Bertil Ohlin, sehingga dikenal dengan nama teori Heckscker-Ohlin dimana penekanan utamanya pada saling keterkaitan antara perbedaaaan proporsi faktor-faktor produksi antar negara dan perbedaan proporsi penggunaan dalam memproduksi berbagai macam barang,atau dikenal juga dengan teori proporsi faktor (factor proportion theory).Atau dapat dikatakan bahwa Teori ini dirumuskan berdasarkan konsep keunggulan komparative yang bersumber dari perbedaan atau variasi dalam kepemilikan sumber daya antara negara. Untuk menyederhanakan rumusan permasalahnnya, maka ada asumsi-asumsi dasar yang digunakan walaupun asumsi-asumsi tersebut memiliki beberapa kelemahan yang menjadikan teori tersebut tidak sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan dagang pada masa kini.

Aumsi-asumsi tersebut yakni:

  • Hanya terdapat dua negara dan dua komoditi (komoditi X dan komoditi Y) serta dua faktor produksi tenaga kerja dan modal).
  • Kedua negara tersebut memiliki dan menggunakan metode atau tingkat teknologi produksi yang persis sama.
  • Komoditi X secara umum bersifat padat karya atau padat tenaga kerja (labor intensive),sedangkan komoditi Y secara umum bersifat padat modal (capital intensive).
  • Kedua komoditi tersebut sama-sama diproduksikan berdasarkan skala hasil yang konstan (constant scale of return).
  • Spesialisasi produksi yang berlangsung dikedua negara sama-sama tidak lengkap atau tidak tidak menyeluruh.
  • Selera atau preferensi permintaan konsumen kedua negara persis sama.
  • Terdapat kompetisi sempurna dalam pasar produk dan dalam pasar faktor produksi.
  • Terdapat mobilitas faktor yang sempurna dalam ruang lingkup masing-masing negara namun tidak ada mobilitas faktor faktor antar negara.
  • Sama sekali tidak ada biaya-biaya transportasi, tarif atau berbagai bentuk hambatan lainnya yang dapat mengurangi kebebasan arus perdagangan antara kedua negara.
  • Semua sumber daya produktif atau faktor produksi pada masing-masing negara dapat dikerahkan secara penuh dalam kegiatan produksi.
  • Perdagangan internasional yang terjadi sepenuhnya seimbang (total nilai ekspor sama dengan total nilai impor).

Dalam penerapan selanjutnya asumsi-asumsi di atas dilonggarkan walaupun tidak mempengaruhi validitas teori Heckscker-Ohlin yang sampai sekarang ini masih diakui  sebagai salah satu teori fundamental dalam ilmu ekonomi internasional. Pelonggaran tersebut hanya merupakan modifikasi tanpa menganggu keberlakuannya. Salah satu asumsi yang tidak dapat diganggu gugat adalah asumsi mengenai skala ekonomis yang konstan atau asumsi tentang persaingan sempurna , karena jika asumsi ini disisihkan maka perlu dicari teori perdagangan yang lain guna memahami sebagian besar transaksi perdagangan internasional atas dasar skala ekonomis yang meningkat (increasing economies of scale) dan persaingan tidak sempurna.

http://bambangbintorosutarno.blogspot.com/2013/01/teori-heckscher-ohlin-salah-satu.html

Teori Perdagangan Internasional : Modern (Teori Heckscher – Ohlin)

Keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu negara sebagaimana telah dikemukakan oleh para ekonom klasik (Adam Smith, David Ricardo dan J.S. Mill) adalah bersumber dari perbedaan produktivitas tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi yang secara eksplisit diperhitungkan). Dalam teori tersebut tidak dijelaskan secara rinci mengenai sebab-sebab perbedaan tingkat produktivitas itu sendiri..

Teori Heckscher-Ohlin (H-O) yang dikemukakan oleh Eli Heckscher dan seorang mahasiswanya bernama Bertil Ohlin untuk pertama kalinya menelaah sebab-sebab munculnya keunggulan komparatif bagi setiap negara dan dampak yang ditimbulkan oleh hubungan perdagangan terhadap pendapatan faktor produksi di kedua negara yang melakukan hubungan perdagangan. Menurut teori H-O bahwa adanya hubungan perdagangan berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu negara, selain disebabkan oleh perbedaan produktivitas tenaga kerja juga disebabkan oleh adanya perbedaan karunia sumber daya, atau variasi dalam kepemilikan sumber daya di negara yang satu dengan yang di miliki oleh negara lain.

Salah satu contoh mengenai perbedaan kepemilikan sumber daya dapat dilihat pada pola perdagangan antara Kanada dan Amerika Serikat. Selama ini Kanada mengekspor hasil-hasil hutan ke Amerika Serikat tidak berarti bahwa tenaga kerja pada sektor kehutanan di Kanada lebih produktif dibanding tenaga kerja Amerika Serikat, akan tetapi karena jumlah penduduk Kanada yang relatif sedikit mempunyai hutan per kapita yang lebih luas dari pada Amerika Serikat. Dengan kelimpahan sumber daya hutan, maka Kanada lebih produktif dalam menghasilkan kayu.

Gagasan yang menyatakan bahwa sumber utama perdagangan internasional adalah adanya perbedaan karunia sumber antarnegara merupakan salah satu landasan teori yang paling berpengaruh dalam ilmu ekonomi internasional, khususnya teori H-O. Oleh karena teori   H-O menekankan saling keterkaitan antara perbedaan proporsi penggunaannya dalam memproduksi berbagai macam barang, maka teori tersebut seringjkali disebut sebagai teori proporsi faktor (factor proportion theory).

Teori H-O didasarkan pada sejumlah asumsi lugas yang sengaja dikemukakan untuk menyederhanaan permasalahannya. Adapun asumsi-asumsi tersebut adalah :

  1. Hanya ada 2 negara yang memperdagangkan 2 jenis barang (barang X dan barang Y), dan dalam menghasilkan kedua jenis barang tersebut digunakan 2 jenis faktor produksi, yaitu modal dan tenaga kerja. Penggunaan asumsi ini bertujuan untuk mengilustrasikan teori pada suatu gambar dua dimensi.
  1. Kedua negara yang melakukan hubungan perdagangan memiliki dan menggunakan metode arau tingkat teknologi yang sama. Berdasarkan asumsi ini, seandainya harga faktor produksi di kedua negara sama, maka maka para produsen negara A maupun negara B akan menggunakan tenaga kerja dan modal dalam jumlah dan komposisi yang sama dalam memproduksi setiap jenis barang (X dan Y). Namun karena harga faktor produksi di kedua negara berbeda, maka produsen dari setiap negara akan mengunakan lebih banyak faktor produksi yang harganya relatif lebih murah guna meminimalkan biaya produksi. Dengan demikian, pengutamaan barang yang dihasilkan kedua negara akan berbeda. Bila negara A mengutamakan (berspesialisasi) pada barang X, maka negara B akan berspsialisasi pada barang Y, karena pada sektor itulah harga faktor produksi yang dibutuhkannya secara relatif lebih murah.
  1. Barang X merupakan barang padat tenaga kerja (labor intensive), sedangkan barang Y merupakan barang padat modal (capital intensive). Asumsi ini mengisyaratkan bahwa barang X memerlukan lebih banyak tenaga kerja dibanding modal dalam proses produksinya. Sebaliknya barang Y memerlukan lebih banyak modal dalam proses produksinya. Secara tekniks, asumsi ini mengisyaratakan bahwa rasio tenaga kerja-modal (labor-capital ratio, L/K) dalam produksi barang X lebih tinggi dibanding rasio dalam produksi barang Y. Dalam bentuk yang lain tetapi mempunyai makna yang sama yaitu rasio modal-tenaga kerja (capital-labor ratio, K/L) untuk barang X lebih rendah dibanding rasio untuk barang Y. Rasio K/L atau L/K untuk barang X begitu pula untuk barang Y berbeda di kedua negara.
  1. Barang X dan barang Y sama-sama diproduksi dalam kondisi skala hasil yang konstan (constant scale of returns). Asumsi ini mengandung pengertian bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja dan modal dalam produksi setiap barang akan meningkatkan outputnya dalam proporsi yang sama. Atau dengan kata lain bahwa peningkatan jumlah penggunaan faktor produksi akan proporsional dengan peningakatan produksi.
  1. Spesialisasi produksi yang tidak penuh di kedua negara atau spesialisasi tidak sempurna (incomplete specialization). Asumsi ini mengisyaratkan bahwa meskipun kedua negara terlibat dalam perdagangan, kedua negara akan tetap memproduksi kedua jenis barang sekaligus. Artinya kedua negara akan tetap memproduksi barang X maupun barang Y. Dengan demikian dalam teori H-O secara implisit juga mengasumsikan bahwa di antara kedua negara tidak ada yang kekuatan ekonomi sangat lemah.
  1. Selera dan preferensi permintaan konsumen di kedua negara sama. Asumsi ini bermakna bahwa preferensi-preferensi permintaan yang tercermin pada bentuk dan lokasi kurva-kurva indeferensi di kedua negara identik. Jadi, apabila harga relatif barang di kedua negara itu sama (karena berlangsungnya perdagangan bebas di natara kedua negara), maka kedua negara itu akan mengkonsumsikan barang X dan Y dalam proporsi yang sama.
  1. Adanya persaingan sempurna (perfect comptetition), baik di pasar barang maupun di pasar faktor produksi. Asumsi ini bermakna bahwa jumlah produsen, konsumen barang X dan Y di kedua negara sangatlah banyak. Seorang produsen dan seorang konsumen tidak memiliki kemampuan mempengaruhi harga barang X maupun barang Y atau harga faktor produksi tenaga kerja maupun modal. Harga tercipta sepenuhnya atas dasar mekanisme pasar. Kompetisi sempurna juga dapat ditafsirkan sebagai suatu kondisi tertentu di mana dalam jangka panjang harga-harga barang yang berlaku akan sama besarnya dengan biaya produksi, sehingga jika semua biaya diperhitungkan (termasuk implicit cost), sehingga tidak ada lagi laba ekonomis yang tersisa. Kompetisi sempurna adalah kompetisi yang sangat ketat, sehingga memaksa setiap pihak yang terlibat untuk menekan harga serendah mungkin agar tidak tersingkir dari pasar.

Kompetisi sempurna juga berarti semua produsen, konsumen dan pemilik faktor produksi memiliki pengetahuan dan informasi yang sempurna mengenai harga-harga yang sedang berlaku di setiap sektor ekonomi di mana terjadi persaingan.

  1. Terdapat mobilitas faktor produksi yang sempurna di dalam negeri (internal factor mobility) masing-masing negara, namun tidak ada mobilitas faktor produksi antar negara. Asumsi ini mengisyaratkan bahwa modal dan tenaga kerja dapat bergerak bebas di dalam negeri masing-masing negara, yakni dari sektor yang hasilnya relatif lebih rendah ke sektor yang hasil relatif lebih tinggi, akan tetapi faktor-faktor produksi tersebut tidak dapat bergerak/berpindah secara bebas ke luar negeri. Atas dasar asumsi ini, teori H-O secara tegas menyatakan bahwa mobilitas faktor produksi internasional (international factor mobility) sama dengan nol.
  1. Biaya transportasi diabaikan, tarif dan berbagai bentuk kebijakan perdagangan internasional juga diabaikan. Asumsi ini mengisyaratkan bahwa kegiatan-kegiatan spesialisasi produksi (untuk semua jenis barang yang diperdagangkan) akan terus berlangsung sampai harga-harga relatif dan absolut dari berbagai barang yang diperdagangkan persis sama di kedua negara. Seandainya biaya transportasi dan tarif diperhitungkan, maka spesialisasi itu akan terhenti apabila harga-harga relatif maupun absolut dari berbagai barang yang diperdagangkan mempunyai selisih yang tidak lebih dari jumlah atau besaran biaya trasnportasi atau tarif itu sendiri.
  1. Semua sumber daya produktif atau faktor produksi yang ada di masing-masing negara dapat dikerahkan secara penuh dalam kegiatan-kegiatan produksi (full employment). Asumsi ini menandakan bahwa dalam model H-O tidak diperhitungkan adanya faktor produksi yang menganggur. Semua faktor produksi (modal dan tenaga kerja) yang ada dapat diserap sepenuhnya dalam sektor-sektor ekonomi produktif di kedua negara.
  1. Terjadi keseimbangan perdagangan kedua negara (besarnya ekspor sama dengan besarnya impor). Asumsi ini bermakna bahwa total nilai ekspor dari suatu negara (misalnya negara A) sama dengan total nilai impor dari negara lain yang menjadi mitra dagangnya (misalnya negara B). Hal ini berarti tidak ada negara yang akan mengalami defisit maupun surplus perdagangan.

http://tipsdancarabaru.blogspot.com/2013/03/teori-perdagangan-internasional-modern.html

 

Pendahuluan Untuk Heckscher Ohlin ini H-O Teori ↓

Teori modern perdagangan internasional telah dianjurkan oleh Bertil Ohlin. Ohlin telah menarik ide-idenya dari General Equilibrium Analisis Heckscher ini. Oleh karena itu juga dikenal sebagai Heckscher Ohlin (HO) Model / Teorema / Teori.

Heckscher Ohlin teori perdagangan

Menurut Bertil Ohlin, perdagangan timbul karena perbedaan dalam harga relatif barang-barang yang berbeda di negara yang berbeda. Perbedaan harga komoditas ini disebabkan oleh perbedaan dalam faktor harga (yaitu biaya). Harga faktor berbeda karena wakaf (yaitu modal dan tenaga kerja) berbeda dalam negara. Oleh karena itu, perdagangan terjadi karena negara-negara yang berbeda memiliki faktor pendukung yang berbeda.

The Heckscher Ohlin Teorema menyatakan bahwa negara-negara yang kaya akan tenaga kerja akan mengekspor barang padat karya dan negara-negara yang kaya modal akan mengekspor barang padat modal.

squareAssumptions dari Heckscher Ohlin ini HO Teori ↓

Teori Heckscher-Ohlin ini menjelaskan pendekatan modern untuk perdagangan internasional atas dasar berikut asumsi: –

  • Ada dua negara yang terlibat.
  • Setiap negara memiliki dua faktor (tenaga kerja dan modal).
  • Setiap negara menghasilkan dua komoditas atau barang (padat karya dan padat modal).
  • Ada persaingan sempurna di kedua komoditas dan faktor pasar.
  • Semua fungsi produksi homogen tingkat pertama fungsi produksi yaitu tunduk pada skala pengembalian konstan.
  • Faktor bebas bergerak di dalam suatu negara tetapi bergerak antar negara.
  • Dua negara berbeda dalam pasokan faktor.
  • Setiap komoditas berbeda dalam intensitas faktor.
  • Fungsi produksi tetap sama di negara-negara yang berbeda untuk komoditi yang sama. Untuk mis Jika komoditas A membutuhkan lebih banyak modal di suatu negara maka sama halnya di negara lain.
  • Ada pekerjaan penuh sumber daya di kedua negara dan permintaan yang identik di kedua negara.
  • Perdagangan bebas yaitu tidak ada pembatasan perdagangan dalam bentuk tarif atau hambatan non-tarif.
  • Tidak ada biaya transportasi.

Mengingat asumsi tersebut, tesis Ohlin ini berpendapat bahwa negara barang ekspor yang menggunakan relatif proporsi yang lebih besar dari faktor melimpah dan murah yang. Sementara negara yang sama barang impor yang produksinya memerlukan penggunaan intensif dari faktor yang relatif langka dan mahal bangsa.

squareUnderstanding Konsep Faktor Kelimpahan ↓

Di kedua negara, dua komoditas & dua model faktor, menyiratkan bahwa negara yang kaya modal akan mengekspor komoditas padat modal dan negara kaya tenaga kerja akan mengekspor tenaga kerja komoditas intensif. Tetapi konsep negara menjadi kaya dalam satu faktor atau lainnya tidak begitu jelas. Ekonom cukup sering mendefinisikan faktor kelimpahan dalam hal harga faktor. Ohlin dirinya telah mengikuti pendekatan ini. Atau faktor kelimpahan dapat didefinisikan dalam hal fisik. Dalam hal ini, jumlah modal fisik & Buruh harus dibandingkan.

  • Harga Kriteria untuk mendefinisikan Factor Kelimpahan ↓

Sebuah negara di mana modal yang relatif lebih murah dan tenaga kerja relatif mahal dikatakan modal negara yang kaya. Sedangkan negara di mana tenaga kerja relatif lebih murah dan modal yang relatif mahal dikatakan tenaga kerja negara yang kaya.

Harga faktor dapat simbolis diukur sebagai berikut: –

Kriteria Harga mendefinisikan faktor kelimpahan

Dalam hubungan di atas,

P mengacu pada harga faktor,

K mengacu pada Capital,

L mengacu Buruh,

E adalah singkatan dari Inggris, dan

Saya singkatan India.

Catatan: – Pada kenyataannya, Inggris bukan negara lain bagian dari Inggris Raya (UK). Inggris disebut negara dalam artikel ini hanya untuk kepentingan contoh pembelajaran.

Analisis di atas menyoroti fakta bahwa di Inggris modal murah, dan karena itu adalah sebuah negara yang berlimpah modal. Sedangkan di India, Buruh lebih murah, dan dengan demikian itu adalah negara yang kaya tenaga kerja.

Sekarang mari kita memahami bagaimana pola seperti perdagangan tentu akan muncul.

  • Diagram Menjelaskan Heckscher Ohlin ini HO Teori ↓

Diagram Heckscher Ohlin teori ho

Mari kita ambil contoh yang sama dua negara yaitu; Inggris dan India di mana Inggris merupakan negara yang kaya modal sementara India adalah negara yang melimpah tenaga kerja.

Dalam diagram di atas XX adalah isokuan (kurva produk yang sama) untuk X komoditas yang diproduksi di Inggris. YY adalah mewakili komoditas isokuan Y diproduksi di India. Hal ini sangat jelas bahwa XX relatif padat modal sedangkan YY relatif insentif tenaga kerja. Ibukota Faktor diwakili pada sumbu Y sementara tenaga kerja faktor diwakili pada horisontal X-sumbu.

PA adalah garis harga atau garis anggaran dari negara Inggris. Garis harga PA bersinggungan dengan XX di E. Garis harga PA juga bersinggungan dengan isokuan YY di K. Titik K akan membantu kita untuk mengetahui berapa banyak modal dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit Y di Inggris.

P1B adalah garis harga negara India, Garis harga P1B bersinggungan dengan YY di I. Harga RS garis yang ditarik sejajar dengan P1B bersinggungan dengan XX di M. Hal ini akan membantu kita untuk mengetahui berapa banyak modal dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit komoditi X di India.

Di bawah situasi tertentu, negara Inggris akan memilih kombinasi E. Yang berarti lebih spesialisasi pada barang modal. Ini tidak akan memilih kombinasi K karena lebih padat karya dan kurang padat modal.

Jadi menurut Ohlin, Inggris akan mengkhususkan diri pada produksi barang X dengan menggunakan modal faktor murah ekstensif sementara India mengkhususkan diri pada komoditas Y dengan menggunakan faktor tenaga kerja murah yang tersedia di negara ini.

Teori Ohlin menyimpulkan bahwa: –

Dasar perdagangan internal adalah perbedaan harga komoditas di kedua negara.

Perbedaan harga komoditas adalah karena biaya perbedaan yang merupakan hasil dari perbedaan dalam faktor pendukung di dua negara.

Sebuah negara yang kaya modal mengkhususkan diri dalam barang-barang padat modal & ekspor mereka. Sementara negara berlimpah Buruh mengkhususkan diri dalam barang-barang padat karya & ekspor mereka.

squareLimitations dari Heckscher Ohlin ini HO Teori ↓

Teori Heckscher Ohlin telah dikritik atas dasar berikut alasan: –

Asumsi realistis: Selain asumsi biasa kedua negara, dua komoditas, tanpa biaya transportasi, dll teori Ohlin juga mengasumsikan ada perbedaan kualitatif dalam faktor-faktor produksi, fungsi produksi yang identik, konstan return to scale, dll Semua asumsi ini membuat teori tidak realistis satu.

Membatasi: Teori Ohlin adalah tidak bebas dari kendala. Teorinya hanya mencakup dua komoditas, dua negara dan dua faktor. Jadi itu adalah salah satu ketat.

Teori Satu-Sisi: Menurut teori Ohlin ini, pasokan memainkan peran penting dari permintaan dalam menentukan harga faktor. Tetapi jika pasukan permintaan yang lebih signifikan, sebuah negara yang berlimpah modal akan mengekspor baik padat karya sebagai harga modal akan tinggi karena permintaan yang tinggi untuk modal.

Statis dalam Nature: Seperti Teori Ricardian HO Model juga statis di alam. Teori ini didasarkan pada keadaan tertentu ekonomi dan dengan fungsi produksi tertentu dan tidak menerima perubahan apapun.

Wijnholds ini Kritik: Menurut Wijnholds, itu bukan harga faktor yang menentukan biaya dan harga komoditas tetapi harga komoditas yang menentukan harga faktor.

Konsumen ‘Permintaan diabaikan: Ohlin lupa fakta penting bahwa harga komoditas juga dipengaruhi oleh permintaan konsumen.

Haberler ini Kritik: Menurut Haberler, teori Ohlin didasarkan pada ekuilibrium parsial. Gagal untuk memberikan analisis ekuilibrium lengkap, komprehensif dan umum.

Leontief Paradox: ekonom Amerika Dr. Wassily Leontief menguji teori HO dalam kondisi USA. Ia menemukan bahwa USA ekspor barang padat karya dan mengimpor barang padat modal, tetapi Amerika Serikat menjadi negara yang berlimpah modal harus mengekspor barang padat modal dan barang padat karya impor daripada memproduksi mereka di rumah. Situasi ini disebut Leontief Paradox yang meniadakan HO Teori.

Faktor lainnya Terabaikan: Faktor endowment bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi harga komoditas dan perdagangan internasional. HO Teori mengabaikan faktor-faktor lain seperti teknologi, teknik produksi, faktor alam, kualitas yang berbeda dari tenaga kerja, dll, yang juga dapat mempengaruhi perdagangan internasional.

http://kalyan-city.blogspot.com/2011/03/heckscher-ohlin-ho-modern-theory-of.html

TEORI MODERN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Heckscher-Ohlin ( H – O )

TEORI MODERN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif
Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah:
1. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi didalam suatu negara.
2. Faktor intensity, yaitu teksnologi yang digunakan didalam proses produksi, apakah labor intensity atau capital intensity.

  1. The Proportional Factors Theory

Teori modern Heckescher-ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggabarkan total biaya produksi yang sama. Dan kurva isoquant yaitu kurva yang menggabarkan total kuantitas produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu.

Analisis teori H-O :

  1. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing Negara
  2. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilkinya.
  3. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya
  4. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya
    Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.
  5. Paradoks Leontief

Wassily Leontief seorang pelopor utama dalam analisis input-output matriks, melalui study empiris yang dilakukannya pada tahun 1953 menemukan fakta, fakta itu mengenai struktur perdagangan luar negri (ekspor dan impor). Amerika serikat tahun 1947 yang bertentangan dengan teori H-O sehingga disebut sebagai paradoks leontief
Berdasarkan penelitian lebiih lanjut yang dilakukan ahli ekonomi perdagangan ternyata paradox liontief tersebut dapat terjadi karena empat sebab utama yaitu :

  1. Intensitas faktor produksi yang berkebalikan
  2. Tariff and Non tariff barrier
  3. Pebedaan dalam skill dan human capital
  4. Perbedaan dalam faktor sumberdaya alam

Kelebihan dari teori ini adalah jika suatu negara memiliki banyak tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih banyak. Sebaliknya jika suatu negara kurang memiliki tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih sedikit.

  1. Teori Opportunity Cost

Opportunity Cost digambarkan sebagai production possibility curve ( PPC ) yang menunjukkan kemungkinan kombinasi output yang dihasilkan suatu Negara dengan sejumlah faktor produksi secara full employment. Dalam hal ini bentuk PPC akan tergantung pada asusmsi tentang Opportunity Cost yang digunakan yaitu PPC Constant cost dan PPC increasing cost

  1. Offer Curve/Reciprocal Demand (OC/RD)

Teori Offer Curve ini diperkenalkan oleh dua ekonom inggris yaitu Marshall dan Edgeworth yang menggambarkan sebagai kurva yang menunjukkan kesediaan suatu Negara untuk menawarkan/menukarkan suatu barang dengan barang lainnya pada berbagai kemungkinan harga.
Kelebihan dari offer curve yaitu masing-masing Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional yaitu mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Permintaan dan penawaran pada faktor produksi akan menentukan harga factor produksi tersebut dan dengan pengaruh teknologi akan menentukan harga suatu produk. Pada akhirnya semua itu akan bermuara kepada penentuan comparative advantage dan pola perdagangan (trade pattern) suatu negara. Kualitas sumber daya manusia dan teknologi adalah dua faktor yang senantiasa diperlukan untuk dapat bersaing di pasar internasional. Teori perdagangan yang baik untuk diterapkan adalah teori modern yaitu teori Offer Curve.

http://ramadunja.blogspot.com/2011/04/teori-modern-perdagangan-internasional.html

Tinggalkan komentar